Manajemen Diri di Masa Skripsi

Azzizah L Nastiti
5 min readMar 30, 2019
Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

#4 Belajar Produktif

Apa Anda sedang menjalani masa tugas akhir? Pernah merasa ingin menyerah dan ingin menikah saja? Hmm, apa pun itu, saya ingin berbagi pengalaman cara menghadapi dan mengatur diri di masa tugas akhir — skripsi.

Good Things Take Time

Ya, seperti post saya sebelumnya, untuk mewujudkan sesuatu yang baik itu membutuhkan waktu. Kita tidak hidup di dunia Harry Potter, yang bisa mewujudkan apa pun hanya dengan mengayunkan tongkat. Kita juga bukan Nobita yang bisa meminta Doraemon mengeluarkan alat sesuai keinginan kita.

Kita perlu sadar bahwa kita adalah manusia biasa yang hidup di dunia nyata. Semua orang memiliki masalah dan punya cara masing-masing untuk menghadapinya.

Belajar Mengenali Masalah

Tidak sedikit yang mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya. Hmm saya pikir, mungkin manusia itu sendiri yang membuat batasnya. Jika Anda pernah mengalami kesal, frustrasi, terpuruk, dan ingin menyerah saja ketika menghadapi masalah, it’s okay to not to be okay. Masih ada banyak hal atau orang-orang yang bisa membantu Anda melalui masalah itu.

Saya pun pernah mengalami itu semua. Saya pernah frustrasi dan hampir menyerah saat memperjuangkan sesuatu. Rasanya ingin berhenti dan menikah saja. But.. wait. Sepertinya menikah bukan solusi untuk menyelesaikan masalah, deh.

Ketika saya mengalami masalah, yang saya lakukan adalah duduk atau tiduran sejenak. Do nothing, but thinking. Saya menjauhkan diri dari dunia maya, menghentikan kesibukan, dan menyendiri di ruang sepi. Saya mencoba untuk sadar dan mengenali masalah yang saya hadapi.

Saya bertanya pada diri saya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengenali masalah:

1. Apa masalah saya?

2. Saya bermasalah dengan siapa?

3. Apa peran pentingnya dalam hidup saya?

4. Apa yang terjadi jika saya tidak menyelesaikan masalah ini?

5. Apa yang bisa saya syukuri dari masalah ini?

6. Apa yang harus saya lakukan?

Nah, mari saya ajak Anda ke satu ilustrasi pengalaman saya.

Saya pernah ingin menyerah untuk menyelesaikan skripsi. Mungkin Anda saat ini juga mengalaminya. Saya pernah berhenti mengerjakan hampir dua bulan. Karena di bab 2 — Landasan Teori — dari skripsi yang saya tulis, membutuhkan teori yang kuat dan meyakinkan. Saya sudah mencoba riset paper sebanyak mungkin. Tapi, masih saja dianggap kurang. Ditambah lagi permasalahan sosial yang menyangkut perasaan negatif juga ikut memperkeruh masalah di hidup saya. Akhirnya saya berhenti sejenak. Saya merenung.

Apa masalah saya?

Saya belum bisa mengatur emosi, skala prioritas, dan manajemen diri.

Saya bermasalah dengan siapa?

Kemauan dosen dan diri saya.

Apa peran pentingnya dalam hidup saya?

Skripsi tidak selesai, tidak lulus.

Apa yang terjadi jika saya tidak menyelesaikan masalah ini?

Jika dosen tidak memberi izin saya untuk melanjutkan, maka saya belum bisa mengerjakan tahap berikutnya. Jika itu terjadi terus menerus, saya tidak bisa mencapai target lulus. Jika tidak mencapai target lulus, semakin lama saya di kampus, semakin lama mengalami masalah dan semakin banyak masalah yang muncul.

Apa yang bisa saya syukuri dari masalah ini?

Saya bisa merenung, belajar sabar, belajar sadar, istirahat, dan menenangkan diri sejenak.

Apa yang harus saya lakukan?

Jika dosen tidak mengerti apa yang saya maksud, berarti memang belum pantas untuk dilanjutkan dan harus diperbaiki.

Setelah saya mengenali masalah, saya menjadi sedikit lega dan mulai memikirkan tentang solusi apa yang harus saya lakukan.

Ubah Kebiasaan

Seusai merenung, saya coba mengubah kebiasaan saya.

Kegiatan setiap pagi, saya berolahraga selama 1 jam. Mengurus diri selama 2 jam. Kebiasaan main game setiap tiga jam sekali, saya ubah dengan meng-uninstall semua game dan saya mengerjakan skripsi selama 5–7 jam sehari. Mulai menertibkan jadwal makan dan jadwal tidur. Yang tadinya makan sambil nonton anime, saya ganti dengan memasang timer selama 10 menit.

Saya melakukan kebiasaan itu selama 3 bulan dan saya pun belajar hal-hal baru. Ketika bosan atau jenuh mengerjakan skripsi, saya melihat video TEDx Talks, podcast, atau membaca. Ada banyak sekali buku, video, artikel, atau podcast terkait habit dan cara meningkatkan produktivitas.

Untuk mengatasi kejenuhan, Anda bisa melakukan hobi atau kegiatan yang Anda suka. Mungkin itu olahraga, main game, baca buku, menulis, atau yang lainnya.

Dari kebiasaan baru itu, saya menyadari satu hal: waktu saya menjadi berkualitas.

Menulis Jurnal Kegiatan

Mungkin tidak banyak yang suka menulis. Mungkin Anda memiliki cara sendiri untuk mengingat semua kegiatan Anda.

Selama kuliah, saya membiasakan diri untuk menulis jurnal kegiatan sebelum tidur. Jurnal kegiatan itu berisi jejak kegiatan saya setiap hari. Apa yang harus saya kerjakan, hal apa yang belum tercapai, masalah apa yang harus diselesaikan, menentukan batas waktu, dan mencatat apa saja yang sudah saya capai.

Dari situ, saya bisa melacak perkembangan diri, skripsi dan keberhasilan apa yang sudah saya capai.

Beri Penghargaan Setiap Pencapaian Diri

Ketika ada pencapaian seperti revisi diterima, lanjut ke bab berikutnya, atau berhasil menyelesaikan sesuatu, saya membiasakan diri untuk memberi reward atau penghargaan kepada diri sendiri. Misalnya makan makanan yang saya suka, pergi ke toko buku, atau minum jus wortel tanpa susu sambil menikmati sore di taman kampus.

Karena menghargai diri sendiri itu juga penting untuk menjaga semangat, motivasi, dan rasa syukur.

Jika mengalami kesulitan, berdoalah, dan jangan malu untuk minta tolong

Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, manusia biasa bisa mengalami masalah, kebingungan, atau bahkan frustrasi. Ingatlah, kita tidak pernah sendirian. Kita masih punya Tuhan yang mengatur segala urusan. Berdoalah dan minta solusi terbaik menurutNya.

Carilah teman atau orang yang sekiranya bisa mendengar, memberi pertimbangan, atau mungkin bisa memberi solusi. Saya rasa, masih ada orang-orang yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu asal kita santun saat meminta tolong.

Selalu Ingat untuk Bersyukur

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Bisa jadi, masalah itu muncul karena dari diri kita sendiri. Mungkin kurang belajar, kurang teliti, malas, kurang berhati-hati, terburu-buru, atau kurang berdoa.

Ada satu ayat dari Al Qur’an di surat Al Insyirah yang memiliki arti,

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,” (Q.S. Al Insyirah ayat 5)

Selama kita berusaha dan melakukan yang terbaik, tetap ingat untuk berdoa, bersyukur, dan berharap kepada Tuhan, insyaAllah, Tuhan juga memberikan yang terbaik.

Istirahat boleh, menyerah jangan

Ada yang mengatakan,

“Done is better than Perfect.”

Iya. Sejatinya skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai. Skripsi itu belajar menulis. Menulis karya ilmiah, belajar menyelesaikan masalah. Belajar berargumen dengan ide dan gagasan yang kita punya.

Kita harus sadar bahwa penelitian itu berkembang. Suatu hari, akan ada peneliti yang termotivasi untuk mengembangkan dan memperbaiki gagasan yang kita bangun saat ini.

Jadi, tetap semangat buat Anda yang sedang menjadi pejuang tugas akhir, pejuang skripsi, atau pejuang apa pun. Ingatlah orang-orang tersayang Anda. Mereka senantiasa berdoa dan menanti Anda memakai toga.

Jika lelah, istirahatlah sejenak. Jaga makan, jaga kesehatan. Karena bersemangat tanpa sehat pun, berjuang tidak akan maksimal. Tetap berdoa, semangat, sehat, bersyukur, dan senyum 😁

Don’t think to be the best, but do the best.

Ditulis untuk mengenang hari perjuangan menulis paper dalam waktu sehari — 29 Maret 2018

Maret, 2019

--

--